Tepat dihari ulang tahun, roni datang ke kantor membawa 3 kotak donat. Rekan-rekannya bergiliran menyalami, mengucapkan selamat, dan mengambil donat bertabur krim. Dalam sekejap penganan itu habis. Mereka tak sadar tengah bersiap-siap untuk gemuk. Konsumsi satu donat berarti menambah 300 kalori ke dalam tubuh.
Siap gemuk? Hasil riset terbaru Pusat Kebijakan dan Promosi Nutrisi Amerika Serikat, 300 kalori dalam tubuh setara dengan aktivitas berlari santai 8 km per jam selama 77 menit. Aktivitas lain yang mampu membakar 300 kalori adalah bersepeda selama 77 menit, angkat beban (115 menit), atau bersepatu roda selama 21 menit. Nilai itu sama dengan mencuci selama 230 menit, membersihkan debu selama 92 menit, berkebun selama 66 menit, atau menyabit rumput 66 menit.
Padahal, rekan-rekan Roni ‘duduk manis’ di belakang meja. Tak satu pun di antara mereka yang berlari, angkat beban, apalagi mencuci. Jika tidak digunakan untuk melakukan aktivitas, kalori itu tidak akan berubah menjadi energi. Namun, kalori mengendap menjadi lemak dalam tubuh. ‘Makanan diubah menjadi gula tubuh melalui tahapan disebut siklus kreb dan glikolisis. Hasilnya berupa energi yang digunakan untuk beraktivitas,’ kata Prof Ali Khomsan, ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor.
Proses pengubahan kalori itu membutuhkan panas dari aktivitas bergerak. Jika panas tak cukup, kalori menjadi lemak tubuh. Lemak dalam tubuh terdiri atas dua jenis. Lemak cokelat membantu menghasilkan protein penutup mitokondria. Tubuh menjadi lebih panas dan kalori pun terbakar. Berapa pun jumlah lemak cokelat yang masuk langsung dibakar. Namun, lemak manusia lebih dominan lemak putih, tidak bisa dilenyapkan begitu saja oleh panas. Lemak tubuh yang menumpuk di bawah kulit membuat tubuh lebih besar yang disebut obesitas.
Kanker menanti
Menurut Ali Khomsan, obesitas terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang keluar. Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki indeks bobot tubuh lebih dari 32,3 untuk perempuan dan 31,1 untuk pria. Nilai itu hasil bagi bobot tubuh dan tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan. Contoh, pria setinggi 175 cm dengan bobot 70 kg. Indeks masa tubuhnya 70 : (1,75)2 atau 70 : 3,06 sama dengan 22,8. Pria itu tergolong normal (baca tabel).
Obesitas menjadi pemicu utama berbagai penyakit. Sebab, ‘Penumpukan lemak mengganggu metabolisme tubuh,’ kata Ali. Lantaran organ tubuh tak berfungsi sebagaimana mestinya, banyak penyakit kemudian bersarang dalam tubuh. Penyakit-penyakit itu antara lain diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung.
Lihat saja rekan Roni, Drupadi-bukan nama sebenarnya-perempuan 40 tahun setinggi 165 dan berbobot 98 kg. Ketika melakukan pengecekan kesehatan, dokter mengatakan dengan kondisi itu organ Drupadi 5 tahun lebih tua dan risiko menderita diabetes 5 kali lebih besar. Setelah menjalani program sejak Maret 2009, kini bobot ibu 4 anak itu normal: 70 kg.
Drupadi menempuh jalan tepat. Jika tidak, lemak yang tak terbuang menjadi racun karena mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi itulah yang juga memicu kanker dan tumor. Hasil penelitian Dr Andrew Renehen dari Universitas Bern, Swiss, kelebihan bobot tubuh 15 kg dari bobot normal meningkatkan risiko kanker ginjal hingga 24% dan 52% kanker kerongkongan pada pria. Sedangkan kelebihan 13 kg bobot normal pada kalangan perempuan meningkatkan risiko kanker rahim, payudara, dan kandung kemih hingga 60%.
Jati belanda
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi obesitas. Salah satu cara yang relatif aman, mudah, dan murah adalah mengkonsumsi herbal seperti mengkudu Morinda citrifolia, nanas Ananas comosus, daun jati belanda Guazuma ulmifolia, delima Punica granatum, dan rimpang bangle Zingiber cassumunar.
Masyarakat memanfaatkan daun jati belanda sebagai pelangsing secara turun-temurun sejak 1920-an. Dari generasi ke generasi pengetahuan itu diwariskan. Untuk memanfaatkannya relatif mudah. Maria Andjarwati, herbalis di Kelapagading, Jakarta Utara, mengatakan daun terbaik di urutan ke-3 dari pucuk tanaman. Sebanyak 7 helai direbus dalam 1,5 liter air hingga mendidih dan tersisa separuhnya. Ramuan itulah yang dikonsumsi sebagai pelangsing 2 kali sehari sebelum makan.
Setelah 70 tahun digunakan secara empiris, Lies Andarini periset Jurusan Biologi, Universitas Airlangga, Surabaya membuktikan efektivitas jati belanda sebagai pelangsing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infus daun jati belanda 5%, 10%, 15%, dan 20%, masing-masing sebanyak 0,5 ml menurunkan bobot tubuh mencit. Jati belanda mengandung senyawa aktif yang bersifat antifeedan alias penghadang nafsu makan.
Senyawa aktif lain berupa tanin yang bersifat sebagai astringen. Senyawa itu mengendapkan mukosa protein di permukaan usus halus sekaligus mengurangi penyerapan makanan. Dampaknya proses obesitas dapat dihambat. Musilago yang terkandung dalam jati belanda bersifat sebagai pelicin atau pelumas. Dengan adanya pelumas ini, makanan diberi kesempatan untuk diabsorbsi.
Begitulah cara jati belanda melangsingkan tubuh. ‘Minum rebusan jati belanda satu kali sehari selama 30 hari menurunkan bobot tubuh 4 kg,’ kata Andjarwati. Keruan saja pola makan harus diatur. Intinya: energi yang masuk dan keluar harus diseimbangkan. (Vina Fitriani)
Jati belanda kaya senyawa aktif peluruh lemak
obat tradisional
Trubus 480 - November 2009/XL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar