Kamis, 13 Mei 2010

Lolos dari aids

Kebiasaan menggunakan jarum suntik secara bergantian saat berpesta narkoba membawa Aji Darma -bukan nama sebenarnya pada penderitaan tak terkira. Vonis Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dijatuhkan dokter 3 tahun silam. Sejak itu rentetan penyakit seperti membayangi pria umur 20 tahunan itu. Puncaknya pada pertengahan 2005, pria muda itu terbaring tak berdaya di pembaringan. Sekujur tubuh, mulut, hingga selangkangan dan kemaluan dipenuhi luka bernanah mengeluarkan darah yang berbau amis.
Candida Cendawan penyebab borok di selangkangan dan kemaluan leluasa disebabkan lantaran tubuh aji melemah. Candawan serupa menyebabkan mulutnya seperti mengalami sariwan akut sehingga tidak dapat berbicara. Sarcoma pun mencabik-cabik kulit aji. Daya tubuhnya rontok akibat cengkraman HIV / AIDS.
Virus maut itu pula yang membuat kuman golongan Coccus gampang menyusup ke dalam paru-paru. Akibat menderita pneumonia- radang paru-paru yang khas pada penderita HIV / AIDS- pria yang tinggal di salah satu kota di selatan jawa itu gampang sesak nafas seperti gejala penderita Asma. Apalagi aji memang memiliki penyakit asma bawaan yang diturunkan dari keluarga.
Putu Oka Sukanta, pakar pengobatan holistik yang banyak menangani AIDS, menyebutkan seseorang yang terinveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dikatakan dalam stadium AIDS bila minimal memiliki 2 penyakit oportunistik lain, misal gangguan diare, batuk infeksi candida dan sacorma yang tidak kunjung sembuh dengan nilai CD-4 dibawah 200. Nilai CD-4 menunjukan derajat daya tahan tubuh manusia. Semakin rendah angka tersebut, maka bibit penyakin akan mudah masuk tubuh karena daya tahan tubuh melemah. Pada orang sehat nilai CD-4 di atas angka 1000.
Pihak keluarga langsung memboyong aji ke jakarta. Di ibukota, lelaki muda ini dirawat di sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Selatan. Tak ada perubahan berarti, kemudian Aji dipindahkan perawatannya ke Rumah sakit lain di Jakarta Pusat. Di rumah ini Aji dijejali sekitar 15 obat suntik dan oral – termasuk diantaranya obat antiretrovirus yang merupakan obat standar perawatan pasien AIDS.
Secercah harpan hadir ketika salah satu kerabat datang menjenguk. Sang paman yang miris melihat kondisi keponakannya tersebut menawari untuk meminum minyak kelapa murni. Kebetulan sang paman memproduksi virgin coconut oil (VCO) (VCO) dan pernah mendapat informasi bahwa VCO bersifat anti virus. “Karena bersifat anti virus maka mempunyai potensi untuk menghobati penyakit akibatkan virus,” tutur sang paman menirukan informasi yang didapat dari seorang peneliti di sebuah Universitas Perguruang Tinggi di Bandung.
Ingin sembuh, Aji pun meneguk 3 botol VCO selama 3 hari berturut turut. Pada hari ketiga luka-lukanya mengering. Konsumsi minyak dara itu tetap dibarengi dengan obat-obatan medis dari rumah sakit. Seminggu berselang kondisi aji berangsur pulih. Sariawan di mulut sembuh, bintil bernanah di sekutur tubuh hingga selangkangan dan kemaluanpun menghilang. Tubuh menjadi lebih segar sehingga ia diperbolehka pulang. Kini 2 bulan setelah rutinn mengkonsumsi VCO, Aji yang semula terbaring tak berdaya di pembaringan sudah bisa kembali beraktivitas.

Kapsul Monolaurin
Jalan kesembuhan yang diharapkan aji bukan sekedar isapan jempol. Informasi yang didapat dari sang paman didasarkan pada penelitian di luar negeri tentang potensi VCO mengatasi HIV / AIDS. Salah satu riset yang dilakukan di RS San Lazaro di Filipina, sekitar tahun 2002 – 2003. Rumah Sakit untuk penyakit infeksi di bawah naungan Departement Kesehatan Filipina itu melakukan riset terhadap 15 pasien yang terinfeksi virus maut.
Percobaan dilakukan selam 6 bulan. Pasien yang terdiri dari atas 5 laki-laki dan 10 perempuan berusia 22 – 38 tahun dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Rentang virus yang menjangkiti antara 1960 hingga 10190.000 kecuali pasien yang virusnya tidak terdeteksi, jumlah di bawah 400. semua pasien hanya mendapatkan perlakuan dengan mono laurin 95% murni sebagai monoterapi. Tidak satupun pernah mendapatkan perawatan HIV sebelumnya. Monolaurin diekstrak dari asam laurat minyak dara.
Kelompok pertama terdiri dari mereka yang diberi 22 gram monolaurin per hari, konsumsinya berbentuk kapsul bervolume 800 mg. Frekuensi pemberian 3 kali sehari masing-masing 9 kapsul. Kelompok ini disebut sebagai mereka yang diberi monolaurin dosis tinggi. Kelompok kedua mendapatkan perlakuan monolaurin dosis rendah. Mereka diminta menelan 3 kapsul setara dengan 2,4 gram sebanyak 3 kali sehari. Sementara kelompok terakhir mengkonsumsi 15 ml minyak kelapa murni sebanyak 3 kali sehari atau 45 ml per hari. Dosis monolaurin pada kelompok ketiga setara dengan dosis kelompok pertama.
Semua pasien diperiksa setipa hari di Rumah Sakit San Lazaro untuk mengecek efek samping yang terjadi. Keluhan badan terasa panas dan urine berwarna hijau dialami setengah dari jumlah pasien di awal perlakuan. Tiga pasien lain mendapati jerawat mereka kian meradang. Namun semua itu tidak mempengaruhi jalannya peneitian.
Pemeriksaan laboraturium dilakukan pada bukan ke -3 dan 6 perlakuan. Indikator yang diukur antara lain; peningkatan berat badan, jumlah virus dalam darah dan nilai CD-4.
Setelah 3 bulan diujicoba, dua pasien pada kelompok pertama menurun jumlah virusnya; kelompok ke-2 sebanyak dua orang, kelompok ke-3 sebanyak tiga orang. Namun pada pasien-pasie lain jumlahnya justru meningkat. Sementara pada pasien dengan jumlah virus tak terdeteksi, tidak ada perubahan status.
Pada akhir penelitian, kelompok ke-2 yang mengalami penurunan jumlah virus dalam darah menjadi 4 orang. Sementara kelompok pertama dan ketiga masing-masing dua dan tiga orang. Dari jumlah itu penurunan signifikan dialami oleh 2 pasien di kelompok ke-3 dengan asupan minyak kelapa saja dan satu pasien dengan perlakuan monolaurin dosis rendah di kelompok ke-2.
Sembuh
Kasus AIDS-nilai CD-4 kurang dari 200- berkembang pada dua pasien dari kelompok terapi rendah monolaurin dan 1 pasien terapi minyak kelapa pada bulan ke-3. yang disebut terakhir akhirnya meninggak dunia setelah 2 minggu penelitian berakhir. Namun, salah satu pasien pada kelompok rendah monolaurin sembuh pada bulan ke 6. itu ditunjukan dengan nilai CD-4 yang naik dari 141 menjadi 459. seorang lagi kondisinya terus membaik.
Bobot tubuh 11 pasien –termaksud dua orang dengan AIDS yang berkembang dan sembuh.
Kenaikan bobot berkisar antara 1-28 kg. Tida pasien gagal menaikan bobot tubuh tapi jumlah virus dalam tubuh menurun dan nilai CD-4 meningkat.
Kuncinya terletak pada kandungan asam lemak rantai sedang, medium-chain fatty acids (MCFA). MCFA pada VCO berupa asam laurat –mencapai 53% dari total kandungan –dan asam kapriat. Asam laurat lah sumber monolaurin dan sodium laurin sulfat -2 senyawa kimia pengontrol virus HIV.
Riset lain yang dilakukan oleh Keep Hole Alive pun membuahkan hasil yang sejalan. Organisasi itu mndokumentasikan beberapa pasien AIDS yang mengkonsumsi 3,5 sendok makan minyak kelapa atau setengah butir kelapa perhari, yang setara dengan 20 – 50 gram asam laurat. Jumlah virus yang menjangkiti mereka turun hingga level tidak terdeteksi.
Keberadaan VCO bisa menjadi komplementer obat antiretrovirus. Maklum obat sintesis itu memiliki efek samping seperti ngilu pada tulang dan perut membesar. “ degan program pengobatas secara komplementer, termasuk kombinasi antara obat medis dan herbal, pemberian nutrisi tepat serta terapi fisik seperti olah pernapasan, kita harapkan HIV menjadi penyakit kronis yang tidak mematikan. Ujar Putu Oka pemilik rumah obat Taman Sringganis itu.
Tak heran bila Dr Mary G Enigh Phd, ahli biokimia dan nutrisi dar Amerika Serikat menyatakan bahwa monolaurin dari Virgin Cocont Oli mampu menyembuhkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Senyawa yang berasal dari asam laura itu mampu menyusup melewati membran lemak virus dan menghancurkannya.


minyak vco, habbatussauda, gamat emas 77, super spirulina

Tidak ada komentar: